BBM, ya memang hal itu yang sedang hangat-hangatnya diberitakan di televisi atau di media massa. Kenaikan harga BBM memang telah diributkan warga sejak pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Dalam hal ini, ada dua versi sudut pandang, yaitu dari sudut pandang warga dan sudut pandang pemerintah.
Kita tengok dulu ke sudut pandang warga. Menurut warga, keputusan pemerintah dalam menaikkan harga BBM itu adalah keputusan yang salah besar karena akan merugikan warga-warga menengah kebawah, terutama supir-supir angkutan umum. Jika harga BBM dinaikkan, maka tarif angkutan umum juga akan naik. Tetapi para pemakai jasa angkutan umum tidak mau tarif itu dinaikkan. Jadi para supir angkutan umum berasa serba salah.
Selain berdampak pada supir angkutan umum, kenaikan harga BBM juga dirasakan pada para pedagang. Jika harga BBM dinaikkan, maka ongkos pengiriman barang dagangan seperti sayur dan buah pasti akan menjadi lebih mahal. Jadi, harga sayur dan buah tersebut akan ikut mahal sampai ke tangan konsumen. Para konsumen menginginkan harga barang tidak dinaikkan, tetapi jika barang itu tidak dinaikkan, mereka akan mengalami kerugian atau tidak ya berkurangnya keuntungan.
Tetapi, jika dilihat dari sudut pandang pemerintah, keputusan mereka untuk menaikkan harga BBM itu adalah tindakan yang tepat. Pemerintah menganggap dengan menaikkan harga BBM dapat mengurangi sedikit hutang negara. Mereka juga menganggap tidak ada jalan lagi selain menaikkan harga BBM itu.
Jadi, kita lebih memilih di sudut mana? Warga atau pemerintah? Tergantung kita menilainya dari segi apa. Walaupun begitu, apakah benar-benar tidak ada jalan lagi bagi pemerintah untuk mengurangi hutang negara selain menyulitkan rakyat menengah ke bawah?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar